SANAD,MATAN
DAN MUKRARIJ
PENULIS
HUSNUL HIDAYAT
A.
Sanad
1.
Pengertian
Sanad
menurut bahasa artinya sandaran atau sesuatu yang dijadikan sebagai sandaran,
dikatakan demikian karena suatu hadis bersandar kepadanya . Sedangkan
pengertian sanad menurut istilah ilmu hadis, banyak ulama yang mengemukakannya,
diantaranya ialah:
-
As Suyuti dalam bukunya Tadrib ar Rawi, hal 41 , menulis:
الاِخْبَارُ
عَنْ طَرِيْقِ الْمَتَنِ
“Berita
tentang jalan matan”
-
Mahmud at Tahhan, mengemukakan sanad adalah :
سِلْسِلَةُ
الرِّجَالِ الْمُوْصِلَةِ اِلىَ الْمَتْنِ
“Mata
rantai para perawi hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis.”
Dalam
bidang ilmu hadis sanad itu merupakan salah satu neraca yang menimbang shahih
atau dhaifnya suatu hadis. Jika para pembawa hadis tersebut orang-orang yang
cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik, menjaga kehormatan
diri, dan mempunyai daya ingat yang kuat, sanadnya bersambung dari satu
periwayat kepada periwayat lain sampai kepada sumber berita pertama, maka
hadisnya dinilai shahih. Begitupun sebaliknya, andaikan salah seorang dalam
sanad ada yang fasik atau yang tertuduh dusta atau setiap para pembawa berita
dalam mata rantai sanad tidak bertemu langsung (muttashil), maka hadis tersebut
dhaif sehingga tidak bisa dijadikan hujjah.
2.
Contoh Sanad
حدثنا
عبد الله بن يوسف قا ل أخبرنا مالك عن ابن شهاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال
: سمعت رسول الله صلى الله عليه قرأ فى المغرب الطور. (رواه البخاري)
Artinya:
“memberitakan
kepada kami Abdullah bin Yusuf ia berkata; memberitakan kepada kami Malik dari
Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari ayahnya berkata: “aku
mendengar Rasulallah SAW membaca surah Ath-Thur pada salat maghrib.” (HR.
Al-Bukhori)
Dari
contoh hadis di atas jika diteliti, maka yang dimaksud dengan sanad adalah
dimulai dari haddatsana Abdullah bin Yusuf hingga pada lafadz ‘An biihi qaala,
yang menyambungkan kepada Rasulullah SAW. Agar lebih jelas berikut ini
diterangkan dalam bentuk denah periwayatan hadits di atas .
B.
Matan
1.
Pengertian
Kata
matan menurut bahasa berarti ما ارتفع وصلب من الارض yang berarti tanah yang
tinggi dan keras,namun ada pula yang mengartikan kata matan dengan arti
kekerasan, kekuatan, kesangatan. sedangkan arti matan menurut istilah ada
banyak pendapat yang dikemukakan para ahli dibidangnya, diantaranya:
-
Menurut Muhammad At Tahhan
ما
ينتهى اليه السند من الكلام
“suatu
kalimat tempat berakhirnya sanad”
-
Menurut Ath Thibbi
الفاظ
الحديث التى تتقوم بها معاني
“lafadz
hadis yang dengan lafadz itu terbentuk makna”
Jadi
pada dasarnya sanad itu ialah berupa isi pokok dari sebuah hadis, baik itu
berupa perkataan Nabi atau perkataan seorang sahabat tentang Nabi. Posisi matan
dalam sebuah hadis amatlah penting karna dari matan hadis tersebutlah adanya
berita dari Nabi atau berita dari sahabat tentang Nabi baik itu tentang syariat
atau pun yang lainnya,
2.
Contoh matan
عن
أم المؤمنين عا ئشة رضى الله عنها قالت : قال رسول الله , من أحدث فى أمرنا هذا ما
ليس منه فهو رد. (رواه متفق عليه)
“warta
dari Ummu Al Mukminin, ‘Aisyah ra., ujarnya: ‘Rasulullah SAW telah bersabda:
barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk dalam urusan
(agamaku), maka ia tertolak’. ” (Hr. Bukhori dan Muslim)
Dari
contoh hadist diatas yang dimaksud dengan matan hadis ialah lafadz yang dimulai
dengan من أحدث hingga lafadz فهو رد atau dengan kata lain yang dimaksud dengan
bagian matan dari contoh hadis di atas ialah lafadz من أحدث فى أمرنا هذا ما ليس
منه فهو رد “barang siapa yang mengada-ngadakan sesuatu yang bukan termasuk
dalam urusan (agamaku), maka ia tertolak’.”
C.
Mukharrij
Kata
Mukharrij merupakan bentuk Isim Fa’il (bentuk pelaku) dari kata takhrij atau
istikhraj dan ikhraj yang dalam bahasa diartikan; menampakkan, mengeluarkan dan
menarik. sedangkan menurut istilah mukharrij ialah orang yang mengeluarkan,
menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar
dan diterimanya dari seseorang (gurunya) . Di dalam suatu hadis biasanya
disebutkan pada bagian terakhir nama dari orang yang telah mengeluarkan hadis
tersebut, semisal mukharrij terakhir yang termaksud dalam Shahih Bukhari atau
dalam Sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim dan begitu seterusnya.
Seperti
pada contoh hadis yang pertama, pada bagian paling akhir hadis tersebut
disebutkan nama Al-Bukhari (رواه البخاري) yang menunjukkan bahwa beliaulah yang
telah mengeluarkan hadis tersebut dan termaktub dalam kitabnya yaitu Shahih
Al-Bukhari. Begitu juga dengan contoh hadis kedua yang telah mengeluarkan hadis
tersebut ialah Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim.
D.
Tabaqat al-Ruwwat
Secara
bahasa kata tabaqat diartikan; kaum yang serupa atau sebaya. Sedangkan menurut
istilah tabaqat ialah ;
قوم
تقاربوا في السن والاسناد أوفي الا سناد
“Kaum
yang berdekatan atau sebaya dalam usia dan dalam isnad atau dalam isnad saja”
Tabaqat
adalah kelompok beberapa orang yang hidup dalam satu generasi atau satu masa
dan dalam periwayatan atau isnad yang sama atau sama dalam periwayatan
saja.menurut Ibnu Hajar Al-Asaqalani, Tabaqat Al Ruwwah sejak masa sahabat
sampai pada akhir periwayatan ada 12 tabaqat yaitu sebagai berikut:
a.
Sahabat dengan berbagai tingkatannya.
b.
Tabi’in senior seperti Sa’id bin Al-Musayyab
c.
Tabi’in pertengahan seperti Al-Hasan dan Ibnu Sirin
d.
Tabi’in dekat pertengahan seperti Az-Zuhri dan Qatadah
e.
Tabi’in yunior seperti Al-A’masy
f.
Tabi’in yunior tetapi tidak bertemu seorang sahabat seperti Ibnu Juraij
g.
Tabi’i Tabi’in senior seperti Malik bin Anas dan Sufyan Ats-Tsauri
h.
Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Ibnu Uyaynah dan Ibnu Ulayyah
i.
Tabi’i Tabi’in yunior seperti Abu Dawud Ath-Thayalisi dan Asy-Syafi’i
j.
Murid Tabi’i Tabi’in senior seperti Ahmad bin Hambal
k.
Murid Tabi’i Tabi’in pertengahan seperti Adz-Dzuhali dan Al-Bukhori
l.
Murid Tabi’i Tabi’in yunior seperti At-Tirmidzi
Di
antara faedah mengetahui tabaqat al-ruwwah ini adalah menghindarkan kesamaan
antara dua nama atau beberapa nama yang sama atau hampir sama. Selain itu
faedahnya juga yaitu untuk mengetahui ke-muttashil-an atau ke-mursal-an suatu
hadis. Sebab suatu hadis tidak dapat ditentukan sebagai hadis muttasil atau
mursal, kalau tidak mengetahui apakah tabi’in yang meriwayatkan hadis dari
seorang sahabat itu hidup segenerasi atau tidak. untuk memudahkan pemahaman
tentang tabaqat al-ruwwah berikut ini akan dipaparkan denah thabaqat al-ruwwah
menurut Al-Atsqalani:
TABAQAT
AL-RUWWAH
MENURUT
IBNU HAJAR AL-ATSQALANI
E.
Hadis ‘Ali dan Nazil
1.
Pengertian
Dari
segi bahasa ‘Ali ialah bentuk isim fa’il dari kata العلو = sesuatu yang tinggi
, antonym dari lafadz النزول = rendah dan turun. An-Nazil berasal dari kata
An-Nuzul. Tinggi dan rendah dapat berlaku pada suatu tempat atau pada status
dan kedudukan. Sedangkan pengertian hadits ‘Ali menurut para ahli hadis ialah;
ما
قل عدد رواته الى الرسول صلى الله عليه وسلم بالنسبة لسند اخر
“suatu
hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW.
Dibandingkan dengan sanad lain”
Sedangkan
pengertian hadis Nazil menurut ahli hadis ialah;
ما
كثر عدد رواته الى الرسول صلى الله عليه وسلم بالنسبة لسند اخر
“suatu
hadis yang banyak jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah SAW.
Dibandingkan dengan sanad lain”
Dari
pengertian diatas jelaslah bahwa yang dimaksud dengan hadis ‘Ali ialah hadis
yang jumlah perawinya lebih sedikit, sedangkan yang dimaksud dengan hadis Nazil
ialah hadis yang jumlah periwayatnya lebih banyak. Misalnya sanad suatu hadis
mencapai 9 orang sementara sanad hadis lainnya hanya 7 atau 5 orang, tentu yang
sanadnya hanya 7 atau 5 itu yang disebut dengan hadis ‘Ali dan hadis yang
sanadanya mencapai 9 orang yang disebut dengan hadis Nazil.
2.
Macam-Macam Hadis ‘Ali
Hadis
‘Ali dibagi menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
a.
‘Ali mutlak, yaitu hadis yang lebih dekat para perawinya dalam sanad dengan
Rasulullah karena lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan sanad lain pada
hadis yang sama. ‘Ali mutlak ini yang paling tinggi diantara macam-macam ‘Ali
apabila memiliki sanad yang shahih.
b.
‘Ali Nisbi, yaitu hadis yang dekat atau sedikit jumlah perawinya dalam sanad
dengan sesuatu tertentu:
1)
Dekat dengna salah seorang Imam Hadis.
2)
Dekat dengan salah seorang pengarang kitab induk hadis yang dapat dipedomani.
Dalam hal ini ada beberapa macam:
a)
Muwafaqah, yaitu jika melalui sanad Syaikh (guru) salah seorang penghimpun
hadis kedalam kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui
sanad penghimpun tersebut.
b)
Badal, yaitu jika melalui sanad Syaikhnya Syaikh (gurunya guru) salah seorang
penghimpun kitab hadis lebih dekat atau lebih sedikit dari pada melalui sanad
penghimpun tersebut.
c)
Musawah, yaitu adanya persamaan jumlah isnad dari seorang perawi sampai akhir
dengan isnad salah seorang penghimpun hadis ke dalam buku hadis.
d)
Mushafahah, yaitu persamaan jumlah para perawi dalam sanad dari seorang perawi
sampai akhir dengan isnad murid salah seorang penghimpun kitab hadis. Dinamakan
mushafahah karena pada umumnya kedua belah pihak antara perawi sebuah hadis
dengan murid salah seorang penghimpun hadis tersebut berjabat tangan.
3)
‘Ali karena sebagian perawi meninggal terlebih dahulu. Terkadang didapatkan dua
isnad yang sama jumlah para perawi dalam sanad, tetapi salah satu sanad
terdapat sebagian perawi yang meninggal terlebih dahulu maka ia di hukumi ‘Ali.
4)
‘Ali karena lebih dahulu mendengar. Misalnya dua orang perawi sama-sama
mendengar suuatu hadis dari seorang Syaikh. Tetapi salah satunya telah
mendengar sejak 60 tahun yang lalu sementara perawi yang satu lagi telah
mendengar sejak 40 tahun yang lalu, jumlah perawi dalam sanad sama. Sanad
pertama ‘Ali karena lebih dahulu mendengar.
3.
Macam-Macam Nazil
Hadis
Nazil dibagi menjadi beberapa macam yaitu sebagai berikut:
a.
Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada Nabi.
b.
Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada salah seorang Imam Hadis
c.
Sanad yang bilangan rawinya banyak sampai kepada satu kitab hadis yang
teranggap
d.
Sanad yang di dalamnya ada rawi yang menerima dari seorang Syaikh yang kemudian
meninggal, juga dari rawi lain yang menerima dari Syaikh itu.
e.
Sanad yang di dalamnya ada rawi yang mendengar dari seorang Syaikh, kemudian
(belakangan) rawi itu menerima dari rawi lain yang juga mendengar dari Syaikh
itu.
Mayoritas
ulama menilai hadis ‘Ali lebih utama dari pada hadis Nazil, karena ia lebih
jauh dari kemungkinan-kemungkinan cacat. Tujuan ulama mutaqaddimin mengetahui
Isnad ‘Ali yang dekat dengan Rasulullah, karena sangat dimungkinkan sedikit
kesalahan dibandingkan yang Nazil.
4.
Contoh Hadis
لا
يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من نفسه ووالده وولده والناس أجمعين
F.
Riwayah Al-Kabir ‘An Ash-Shaghir
Yang
dimaksud dengan Riwayah al-kabir ‘an ash-shaghir, ialah periwayatan hadis dari
seorang rawi yang lebih tua usianya atau lebih banyak ilmunya dari rawi yang
lebih rendah usianya atau yang lebih sedikit ilmunya yang diperoleh dari
seorang guru.
III.
KESIMPULAN
Dalam
suatu hadis ada tiga macam yang istilah yaitu sanad (Mata rantai para perawi
hadis yang menghubungkan sampai kepada matan hadis), matan (suatu kalimat
tempat berakhirnya sanad, dan isi pokok dari hadis tersebut) serta mukharrij
(orang yang mengeluarkan, menyampaikan atau menuliskan kedalam suatu kitab
apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang (gurunya)).
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Rahman.
Fachur. Ikhtisar Mushthalahu’l Hadis. Bandung: PT.Alma’arif
Jumantoro.
Totok. Kamus Ilmu Hadis. Jakarta: Amzah. 2002
Majid
Khon. Abdul. Ulumul Hadis. Jakarta: PT.Bumi Aksara 2009
Emoticon
Note: Only a member of this blog may post a comment.